Jumaat, 2 Februari 2018

arab sebelum kedatagan islam dan rasulullah saw


Hasil gambar untuk berhala di kabbah zaman jahiliah
                              Gambar terkait


                Ibnu Katsir dalam kitabnya yang berjudul Qashash al-Anbiyya menuliskan bahwa,
 berhala yang pertama kali dibuat adalah Wadd, Suwâ’, Yaghuts, Ya`uq dan Nasr, kesemuanya adalah para ulama yang hidup pada masa antara Adam dan Nuh. Mereka semua adalah anak dari Adam, Wadd anak tertua dan paling berbakti kepada Adam.[2] Ritual terpenting dari ajaran paganisme berkaitan dengan seks dan perang.ketika mana zaman jahiliah sebelum kedatangan baginda rasulullah dan islam , manusia sewaktu itu hidup beragama fitrah yang mana maish terdapat beberapa kabilah yang masih bertauhid aqidah samawi dan dari aliran nabi ibrahim .,,.. namun ia nya berupa agama nenek moyang yang telah tercemar,.., kebanyakkan orang arab pada waktu itu baik apa jua kabilah dan suku kaum orang arab pada waktu itu di bawah pimpinan jahiliah yang mana hidup nya lebih bercorakkan seks dan keganasan .,,. sebagai mana orang arab yang lelaki kuat dan perkasa memperah dan mengugut akan yang lemah sebagai rampasan rompakan dan jua bayaran untuk hidup tampa gangguan dan kacau bilau .,., sebagai mana zaman jahiliah orang arab kebayakkan lebih suka berfoya foya gemar pada hiburan tarian dan arak berhibur hingga pagi,.. pada zaman itu jua kebayakkan orang arab yang lemah di tindas dan di paksa membayar wang lindugan dan perbagai lagi aktivity yang merugikan orang arab di waktu itu.,.,., kebayakkan nya adalah gemar pada seks bebas berzina berliwat baik lelaki atau wanita suka akan hiburan begelek dan bernyayi nyayi hingga pagi .,,. arak dan syisya adalah minuman dan asap yang berlunguk lungukan di jalanan dan pusat hiburan waktu malam hingga pagi .,., sebegitu lah kehidupan harian orang arab jahiliah yang mana terdiri dari perbagai suku kaum dan kabilah yang ujud pada tanah arab waktu itu,.

            Dalam kisah Al-Quran dan penelitian oleh sejarahwan terhadap sejarah perkembangan ajaran paganisme dalam abad kedua Hijriyah, mengatakan bahwa sebelum datangnya ajaran Islam, ajaran paganisme dalam bentuknya yang berbagai macam mempunyai kedudukan/ tempat yang tertinggi dikalangan orang-orang Arab. Orang-orang Arab untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa dalam bentuk berhala, sering melakukan persembahan kurban berupa binatang ternak terkadang pula manusia. Salah satu contoh dari kasus ini adalah Abdul Muthalib kakek dari Muhammad, hampir mempersembahkan Abdullah putranya sebagai kurban. Kepercayaan Di wilayah Hijaz lainnya seperti Yatsrib dan Thaif disamping menganut paganisme, mereka juga mengenal kepercayaan dalam bentuk lain terlebih di luar wilayah tersebut. Beberapa agama yang dikenal oleh masyarakat tersebut adalah Yudaisme dan Nashrani. Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa masyarakat Arab yang tinggal di daerah pedalaman, menganut pula animisme dan dinamisme. Kepercayaan ini didapat pada syair-syair kuno yang menceritakan berbagai macam aspek kehidupan sosial, budaya, ekonomi, politik, gaya berpikir serta agama dan kepercayaan masyarakatnya.Yudaisme sudah terlebih dahulu ada di beberapa wilayah Jazirah Arab, khususnya Yatsrib sebelum ajaran Islam datang. Para sejarawan menyimpulkan bahwa komunitas Yahudi yang ada di Jazirah Arab atau terlebih khusus di Yatsrib terdiri dari dua kelompok Yahudi, yaitu: Golongan keturunan Yahudi asli, mereka adalah pendatang dan Yahudi keturunan Arab yaitu orang Arab yang menganut Yudaisme. Setelah orang-orang Yahudi ini datang ke Yatsrib hadir pula dua suku Arab yang merupakan imigran dari Yaman yaitu Bani Aws dan Bani Khazraj, yang terjadi sekitar tahun 300 M.

      Sedangkan menurut Syaikh Sholih al Fauzaan, bangsa Arab terbagi dua golongan. Golongan pertama yang mengikuti agama-agama Yudaisme, Nasrani dan Majusi, kemudian golongan kedua mengikuti agama Hanif (ajaran Ibrahim).[5] Jenis berhala[sunting | sunting sumber] Sesembahan-sesembahan pada zaman jahiliyah inipun berbeda-beda pula antara sebutan berhala yang satu dengan yang lainnya, sebutan lainnya adalah sebagai berikut: Shanam adalah patung berbentuk manusia yang terbuat dari logam atau kayu, Wathan adalah patung berbentuk manusia yang terbuat dari batu, Nushub adalah batu karang tanpa suatu bentuk tertentu. Nama-nama berhala!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mitologi Arab Dikisahkan melalui hadits bahwa bangsa Arab Jahiliyah telah meletakkan berhala disekitar Kaabah sebanyak 360 berhala.[6] Berhala yang disembah Arab Jahiliyah itu biasanya diberi nama dengan nama-nama perempuan atau lelaki, berhala yang terkenal di antaranya adalah: Hubal Berhala yang dianggap sebagai "Dewa Bulan" ini dibawa oleh 'Amr bin Luhay dari Ma'arib (Moab) suatu daerah di Balqa'.

    Menurut kisah dari Ibnu Hisyam, ia berkata bahwa salah seorang dari orang berilmu berkata kepadaku bahwa orang yang pertama mendatangkan Berhala ke Makkah adalah 'Amr bin Luhay. Lātta Berhala berupa batu yang dipahat, yang dibangun sebuah rumah di atasnya. Zaman dahulu Latta adalah seorang lelaki yang shalih yang biasa mengadon tepung untuk memberi makan jama’ah haji. Ketika dia meninggal, orang-orang pun membangun sebuah rumah di atas kuburannya dan menutupinya dengan tirai-tirai. Berhala ini adalah sesembahan kaum Tsaqif di Thaif dan pelayannya adalah dari Bani Muattab. ‘Uzzá Berhala pohon samurah dari Sallam yang terletak di lembah Nakhlah yang terletak antara Mekkah dan Tha’if. Di sekitarnya terdapat bangunan, dan tirai-tirai. Berhala ini juga mempunyai pelayan-pelayan (penjaga-penjaga). Uzza ini adalah berhala milik suku Quraisy, Sulaim; Gathafan dan Jusyam serta serta suku-suku yang ada di sekitarnya. Manāt Berhala berupa batu besar yang terletak tak jauh di Gunung Qudayd di antara Mekkah dan Madinah. Berhala ini adalah milik suku Khuza’ah, Aus, dan Khazraj. Jika sedang berhaji (pada masa pra-Islam), mereka berihram di sisinya, dan mereka menyembahnya. Sebenarnya keempat berhala ini hanyalah orang saleh yang pernah hidup pada zaman Ibrahim. Sesudahnya mereka meninggal, beberapa orang membuat berhala untuk menghormati orang-orang soleh itu secara berlebihan. Mereka menganggapnya sebagai anak-anak Tuhan. Tidak cukup dengan berhala-berhala besar tersebut itu saja buat orang-orang Arab guna menyampaikan sembahyang dan memberikan kurban-kurban dan sesaji, tetapi kebanyakan mereka itu mempunyai pula patung-patung dan berhala-berhala dalam rumah mereka masing-masing.

         Berikut adalah beberapa berhala yang di anggap tuhan bagi sesuatu kaum dan kabilah yang tidak begitu terkenal, namanya tidak disebutkan di dalam Al-Qur'an, hanya disebutkan di dalam hadits, literatur Arab klasik dan lain-lain. Diantaranya adalah:nama nama tuhan kabbah sewaktu itu yang mana menjadi sembahan orang arab yang di namakan dengan jahiliah,.,. kebodohan dan seks bebas atau perperagan dan keganasan,.,. Manaf Berhala yang selalu dipuja oleh kaum wanita, tetapi ketika wanita sedang mendapat haid, mereka dilarang mendekati berhala tersebut. Kaum Quraisy sering menamakan anak mereka dengan Abd al-Manaf (hamba Manaf), terutama di kalangan Bani Hudzail. Manaf memiliki arti "ketinggian" atau "tempat tinggi". Dzu al-Halaas[7] Berhala berbentuk batu api putih yang dipahat dan di atas batu tersebut ada sesuatu yang berbentuk mahkota. Berhala ini disembah oleh Bani Daws, Bani Khats’am dan Bani Bujailah, di negeri Yaman dan di negeri Tabalah yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Pelayan berhala ini adalah Bani ‘Umamah dari Bahilah bin A’shar. Dzu as-Shara Berhala yang berbentuk batu berwarna hitam dan berbentuk tak beraturan, disembah oleh suku Arab keturunan Ismail, yaitu kaum Nebayot dan kaum Duma. Dianggap sebagai "anak dari seorang gadis" dan "dewa kesuburan." Nama lain berhala ini adalah Dusares/Dzu Syura, yang mendapat julukan "Sang Dewa Gunung Shara". Kabilah Bani al-Harits juga memiliki berhala ini. Dzu al-Kaffayn Berhala milik Amr bin Hamamah dari Bani Daws, yang dihancurkan oleh Thufayl bin Amr al-Dawsi atas perintah Muhammad. Berhala ini memiliki arti "dia yang memiliki kedua telapak tangan." Al-Fals Berhala berbentuk manusia terbuat dari batu merah yang berada di tengah-tengah Gunung Aja. Pemelihara berhala ini adalah dari Bani Bawlan, Bawlan sendiri adalah salah seorang yang memulai penyembahan terhadap berhala ini. Keturunan dari Bani Bawlan terakhir yang menyembah berhala ini bernama Sayfi. Al-Ya'bub Berhala para kaum Jadilah terletak di Thayyi. Sebelumnya mereka memiliki berhala yang berbeda, tetapi Bani Asad mengambilnya. Sehingga mereka mengadopsi al-Ya'bub sebagai penggantinya. Asaf Naylah Asaf bin Ya'la dan Naylah binti Zayd adalah sepasang kekasih dari Yaman, kemudian mereka melakukan ziarah ke Mekkah. Setibanya di Mekkah, mereka masuk kedalam Ka'bah dan mereka mengambil kesempatan untuk berzinah di dalamnya, ketika keadaan sepi. Kemudian mereka berubah menjadi 2 batu, yang pada akhirnya dibawa keluar dan ditempatkan di tempatnya masing-masing. Kedua batu itu kemudian di sembah oleh Bani Khuza'ah dan Quraisy, serta disembah pula oleh orang-orang yang datang berziarah ke Rumah Suci. Yang pertama kali mengadopsi berhala-berhala dan memberikan nama masing-masing, sesuai dengan tradisi yang sedang berlangsung di antara mereka, di antara Bani Ismail dan suku lainnya adalah Hudhayl bin Mudrikah.[8] At–Thuraiya Berhala yang dianggap sebagai dewa yang melimpahkan hujan. Thuraiya memiliki arti "yang ada dalam jumlah banyak". Jadd Berhala yang sangat dihormati oleh orang-orang semit. Namanya diambil dari prasasti Nabath, tetapi dalam bentuk Gadda. Kuthrā Dianggap sebagai "dewa terkaya". Biasa digunakan sebagai nama anak lelaki oleh Suku Thai' "Abd Kuthrā". Awf Berhala yang diangap sebagai "burung besar pemangsa". Quzah Berhala dewa guntur, dianggap bisa melepaskan petir dari busurnya. Duwar Berhala gadis yang biasa dikelilingi oleh wanita muda dalam prosesi pemujaan terhadapnya. Ri'am Berhala yang berbentuk rumah pemujaan terletak di San'a milik Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Zaid, dan Manat bin Tamim. Rudha Berhala yang dianggap sebagai dewi "perbuatan baik" atau "kemurahan hati". Berhala ini milik Bani Rabi’ah bin Ka’ab bin Sa’ad bin Zaid bin Manat bin Tamim. Al-Ka’abat Berhala milik Kabilah Bakr bin Wail dan Taghib bin Wail, serta kabilah Iyad di daerah Sandad. Sa’ad Berhala milik Bani Kinanah, yaitu Bakr bin Kinanah, Malik bin Kinanah dan Mulkan bin Kinanah. Berhala ini berbentuk batu panjang, terletak di Pantai Juddah. Syams Berhala milik suatu kaum dari ‘Udzrah. Sering digunakan sebagai nama Abd Syams (Hamba matahari) 'Amm-Anas Berhala milik Kabilah Khawlan. Nama lainnya adalah ‘Umyanis. Al-Uqaysir Berhala miliki Kabilah Qudi’ah, Lakhm, Judzam, ‘Amilah dan Ghathafan, terletak didaerah perbukitan Syria. Nuhm Berhala milik Kabilah Muzaynah, mereka biasa menamakan anak mereka dengan nama Abd Nuhm (Hamba Nuhm). Pemelihara berhala ini bernama Khuza'i bin 'Abd Nuhm. Su'ayr Berhala milik Kabilah ‘Anazah. Dzu al-Rijl Berhala yang berarti "dia yang memiliki kaki". Al-Qalas[9] Berhala milik Bani Thayyi’ berhasil dihancurkan oleh pasukan perang dibawah kepemimpinan Ali bin Abu Thalib. Berhala ini juga disembah oleh penduduk Himyar dan Yaman di San'a. Al-Qais[10] Berhala yang disebutkan dalam prasasti Nabath dari Al Hijr. Shai’ al-Qawm[11] Berhala yang tertulis dalam prasasti Nabath dan Palmyra, dianggap sebagai dewa perang, sang malam, dan penjaga kafilah. Mendapat julukan "dewa yang tidak pernah minum anggur." Berhala-berhala kecil seperti Dzu al-Halaas, Dzu as-Shara, Dzu al-Kaffayn dan Dzu al-Rijl biasanya diberi nama sesuai dengan nama tempat berhala itu berada.,. Bintang-bintang merupakan unsur yang sangat penting bagi masyarakat di Jazirah Arab, khususnya membantu mereka dalam menunjukkan arah dalam perjalanan di malam hari. Namun, pada perjalanannya, bintang-bintang ini menjadi sesuatu yang dianggap sakral dan memiliki unsur-unsur ketuhanan. Setelah hal tersebut maka lahirlah agama penyembahan terhadap bintang ini dan menyebar di beberapa wilayah di Jaziran Arab. Agama ini umumnya dianut oleh kaum Haran, Bahrain dan beberapa wilayah pedalaman. Ajaran tersebut dibawa oleh Abu Kabsyah ke Mekkah, ia menyembah bintang Syara. Ajarannya diikuti oleh Bani Lakhm dan Bani Khuza’ah. Namun orang-orang Quraisy secara umum tidak terlalu tertarik dan hanya sedikit saja yang menganutnya. Berkaitan dengan hal ini, Muhammad pernah diejek dengan julukan Ibnu Abu Kabsyah (putra Abu Kabsyah) karena ajaran Islam dianggap sama menyimpangnya dengan ajaran Abu Kabsyah tersebut, dan bertentangan dengan kepercayaan masyarakat Quraisy secara keumuman. Penyembahan api.

      Simbol dari agama Majusi (Mazdaisme). Ajaran ini merupakan ajaran yang lahir dari negeri Persia, sekitar 1700 SM[25] - 500 SM[26] yang bernama Majusi atau yang lebih terkenal dengan sebutan Zoroastrianisme. Ajaran ini meyakini kekuatan keseimbangan yang memengaruhi alam semesta, dan kekuatan yang tertinggi dalam ajaran tersebut adalah kekuatan kebenaran, yang dilambangkan dengan api sebagai cahaya, dan kekuatan kejahatan yang dilambangkan dengan kegelapan. Pada praktiknya, mereka memuja api sebagai tuhan mereka dan memiliki api abadi yang selalu dijaga agar tidak padam. Ajaran Majusi aliran zindiq menyebar di Makkah dari daerah Hirah. Orang Quraisy yang dikenal menganut ajaran ini adalah Arqa’ bin Habis dan Abu Suud. Sementara penganut Majusi di wilayah Tamim yang cukup dikenal adalah Zurarah at-Tamimi dan anaknya yang bernama Hajib bin Zurarah. Ajaran ini menyebar pula di wilayah Hajar dari Bahrain. Penyembahan hewan[sunting | sunting sumber] Sang banteng Apis, yang dianggap sebagai perwujudan dari Ptah oleh bangsa Mesir kuno. Bangsa Mesir kuno menyembah beberapa hewan yang mereka yakini sebagai perwujudan dari tiap-tiap dewa tertentu. Hewan-hewan itu dipilih berdasarkan dari tanda-tanda suci tertentu yang diyakini menunjukkan peran tepat untuk hewan tersebut. Beberapa hewan yang dikultuskan akan dipertahankan sebagai dewa sampai akhir hidupnya, seperti banteng Apis yang disembah di Memphis dan dianggap sebagai perwujudan dari Ptah. Sedangkan hewan lainnya dipilih untuk periode yang jauh lebih singkat. Pengkultusan ini kemudian tumbuh lebih populer di kemudian waktu, dan banyak tempat peribadatan mulai menaikkan saham dari hewan-hewan tersebut yang ditunjuk sebagai penjelmaan dewa.
          Praktik yang terpisah dikembangkan dalam Dinasti ke-dua puluh enam, ketika orang mulai memumikan setiap anggota suatu spesies hewan tertentu sebagai korban kepada dewa yang mewakili spesies tersebut. Jutaan mumi kucing, burung, dan hewan lain dimakamkan di kuil-kuil untuk menghormati para dewa Mesir. Untuk mendapatkan mumi dari hewan yang terkait dengan dewa tersebut, para penyembah biasa membayar kepada pendeta dari dewa tertentu, yang kemudian mumi itu akan ditempatkan dalam pemakaman dekat pusat kultus dewa. Patung Bastet terbuat dari perunggu dalam wujud kucing. Penyembahan terhadap kucing yang dianggap oleh Bangsa Mesir kuno sebagai Dewi Kucing Bastet terjadi pada Dinasti kedua Mesir. Hal ini terbukti saat ditemukan 300.000 mumi di kuil Bast. Bastet dilambangkan dengan tubuh wanita dengan kepala kucing yang diartikan sebagai dewi kesuburan, kehidupan dan kematian. Bangsa Mesir kuno juga percaya, bahwa kucing memiliki kekuatan magis untuk melihat kebenaran dan kehidupan. Menurut seorang pakar kucing, Bangsa Mesir kuno itu menganggap kucing sebagai penyelamat wabah yang disebarkan oleh tikus. Setelah tikus musnah karena dimangsa oleh kucing, maka wabah menjangkiti kawasan tersebut lenyap. Berkat jasa kucing, penduduk Mesir yang masih menyembah berhala menganggap kucing sebagai dewa penolong bagi mereka.[27] Penyembahan makanan. Suku Baduy yang hidup nomaden, biasa membuat berhala dari kue atau roti, sebagaimana yang pernah dilakukan oleh klan Bani Hanifah. Mereka membuat patung dari kurma yang dicampur dengan minyak samin. Lalu mereka menyembahnya hingga waktu yang lama, tetapi ketika mendapat musibah, mereka menganggap Tuhan mereka telah gagal. Lalu memakan berhala itu, sebagian untuk diri mereka sebagian lagi dipersembahkan kepada berhala lain. Namun ketika mereka merasa lapar, mereka akan kembali dan memakannya sambil berkata bahwa berhala itu tidak mampu menjaga bagiannya. Kebiasaan ini sering pula dilakukan oleh Umar bin Khattab ketika ia belum memeluk Islam.[28] Kepercayaan para pagan di dalam Al Qur'an . Allah mengumpamakan kepercayaan orang-orang musyrik terhadap kekuatan berhala-berhala yang disembahnya sama dengan kepercayaan laba-laba terhadap kekuatan sarangnya, seperti termaktub dalam surah Al 'Ankabuut (laba-laba) pada ayat 41 surat ini, di mana Allah mengumpamakan penyembah-penyembah berhala-berhala itu, dengan laba-laba yang percaya kepada kekuatan rumahnya sebagai tempat ia berlindung dan tempat ia menjerat mangsanya, jikalau dihembus angin atau ditimpa oleh suatu barang yang kecil saja, sarang itu akan hancur. Surah Al 'Ankabuut: 41. “ Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah, dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui. (Al Ankabuut:41) ”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ALLAH MAHA BERI PETUNJUK,.,. 2013

BERMULA pada pertengahan tahun 2013 , pada malam hari ,berbekalkan sebuah beg galas berisikan baju dan pakaian yang perlu , dan sebu...