Sabtu, 3 Februari 2018

tuhan lembu keras tuli bodoh simiri





Samiri (Musa bin Zafar) (Arab: موسى بن ظفر السامري Musa bin Zafar Samaria; السامري as-Sāmirī) adalah seseorang dari bani Israel yang membuat berhala sapi emas (lembu), karena bani Israel selalu meminta alat peraga untuk menyembah Allah.[2] Pada zaman Fir'aun, setiap bayi laki-laki Bani Israil harus dibunuh. Mirip dengan kisah Musa, Samiri pun menjadi bayi laki-laki yang selamat. Bedanya, sang ibu meninggalkan bayi Samiri di dalam gua begitu saja, tak ada yang menyelamatkannya, apalagi merawatnya. Atas kasih sayang Allah, diutuslah Jibril untuk merawat sang bayi. Sejak itu, Samiri mengenal Jibril. Setelah dewasa, Samiri terkenal sebagai seorang yang amat terasing dan enggan berbaur. Ia memiliki nama asli Mikha atau Musa bin Zhafar dan tinggal di Karman atau Bajarna. Satu-satunya yang menjadi teman Samiri adalah para musyrikin yang menyembah patung anak sapi. Ia dikisahkan menjadi pengikut Nabi Musa yang kemudian menjadi sesat, dan ia merupakan salah satu tokoh kafir yang disebut dalam Al-Qur'an.dalam dakwah simiri @musa yang mana menyatakan sifat allah berupa bentuk lembu .,,. yang mana di bina dari kepigan emas dan tembaga,.,. di lambangkan bahawa allah itu tuhan yang bersifat bodoh dan sebagai mana lembu yang boleh ditarik kesana kesini dan sebagai mana yang terdabpat dari dalam sifat berlawanan bagi allah yakni bodoh tuli pekak buta keras terpaku sebagai mana jelas bahawa lembu itu suci dari melakukan dosa ,. Keinginan Samiri untuk menjalankan misinya mendapat kesempatan. Di tengah perjalanan, Musa meninggalkan Bani Israil untuk sementara waktu dengan tujuan mendapatkan wahyu Taurat dari Allah. Atas perintah Allah, Musa menuju bukit Thur untuk menerima mukjizat Taurat. Musa berencana pergi selama 10 malam, tapi kemudian digenapkan selama 40 malam. Musa bin Zafar yang lebih dikenal sebagai Samiri, karena menurut pendapat sahabat nabi, ia penduduk desa Samarra[1][3] atau as-Samirah. Pendapat lain mengatakan nama Samiri adalah penisbatan kepada salah satu kabilah bani Israil,[4] sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa, Musa Samiri adalah orang Bajarma,[1] salah seorang penduduk yang menyembah sapi. Samiri berasal dari bahasa Arab dan digunakan secara meluas oleh penduduk Albania. Samiri adalah sebuah variasi dari "Samir" bagi pengguna bahasa Albania, Arab, India dan Iran yang berasal dari bahasa Arab yaitu "Samara".[5] Bentuk feminim dari "Samir" adalah "Samira".[6] Secara etimologi kata Samiri sering dihubungkan dengan wilayah Samaria atau kerajaan Israel Utara, meski belum ada bukti yang kuat mengenai keterkaitan antara seorang Israel bernama Samiri dengan wilayah yang ditempati sebagian Bani Israel di Utara Tanah Kana'an. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab "Sirat ar-Rasulullah", meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zafar.” Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur'an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas. Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin. Ia memiliki ilmu sihir, sebuah ilmu yang ia dipelajari sewaktu berada di Mesir. Belum hilang pula kepercayaannya terhadap kekuatan dewa yang ia yakini, yaitu agama paganisme, Samiri harus mempercayai ke-Esaan Tuhan Musa. Sekte pagan yang memengaruhi Samiri adalah ajaran yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.[7] Seorang penulis yang beragama Kristen Richard Rives dalam bukunya yang berjudul "Too Long in the Sun", menulis: "Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…."[8] Setelah berhala anak sapi itu dihancurkan dengan cara dibakar oleh Musa dan dibuang ke laut,[9] lalu ia di usir dari kelompoknya dan tak pernah ada yang tahu lagi keberadaannya.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

ALLAH MAHA BERI PETUNJUK,.,. 2013

BERMULA pada pertengahan tahun 2013 , pada malam hari ,berbekalkan sebuah beg galas berisikan baju dan pakaian yang perlu , dan sebu...